Belajar dari Kunci

Pernah ngerasa kehilangan dan nyaris desperate saking putus asanya nggak?
Kalau belum, mending mulai dari sekarang banyak-banyak bersyukur deh atas nikmat dan rejeki yang telah diberikan. Jangan sampai semuanya terlambat dan membuahkan penyesalan. *macak ustadzah*.


Postingan ini terinspirasi dari kejadian kemarin malam pas aku dan Nina-salah satu teman kos, muter-muter keliling nyariin kunci yang hilang. Kunci motor dan kunci kamar looh. Bisa dibayangin kan gimana stress nya seorang anak kos kehilangan dua kunci penting itu. Terlebih lagi hilangnya nggak tau dimana *yaeyalah, kalau tau sih namanya bukan hilang!*.

Cerita ini berawal saat aku dan Nina pergi ke salah satu Rumah Sakit buat ngambil motor titipan Intan - teman satu kosan juga. Setelah ngelawatin jalan raya, berhenti di lampu merah sampai kita nyampe di kosan, Nina baru sadar kalau yang tersisa di kantongnya hanyalah gantungan kunci tanpa kedua kunci yang tadinya ikut tergantung di situ. Nina pun langsung nguber-nguber kuncinya di sekitar kosan dan pastinya aku ikut ngebantuin. Malahan, begitu sampai kos dan belum masuk ke kamar, aku langsung berinisiatif buat nemenin Nina menyusuri jalan raya yang kita lewatin tadi. Pandangan kami fokuskan ke jalanan dan nyaris juling saking fokusnya noleh kiri kanan. 

"Cari yang meling-meling ya Dil. Kuncinya kan silver." Kata Nina ngasih instruksi.

Aku mengiyakan dan setiap ada sesuatu kemeling-melingan, pandanganku langsung tertuju ke sana. Tapiiiiiii, meling-meling di jalan raya yang gelap di malam hari itu kan banyak bowk. Jadi, aku selalu memelankan laju motor setiap ada yang meling-meling, contohnya sampah plastik, air yang nyaris kering, bebatuan kecil sampai pecahan beling. Semua itu nampak meling!

Finally, kami muterin jalanan itu dua kali untuk memastikan nggak ada satu tempat pun yang kelewatan. Tapi, apa mau dikata kalau bukan rejeki. Mungkin dua kunci itu serasa jadi butiran debu yang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, huwouwooo... *malah nyanyi*.

Kami memutuskan untuk balik ke kosan karena udah letih dengan semua ini. Nina tampak kuyu kehilangan kuncinya. Padahal selama ini keberadaan kunci itu nampaknya biasa-biasa aja kalau nggak ada insiden kehilangan kayak gini. Yah, jadi teringat kata bijak "Betapa sesuatu itu terasa sangat berharga setelah kita kehilangan". Makanya, mungkin ini pelajaran untuk lebih menghargai sesuatu sebelum terlambat.

Aku akhirnya berjalan menuju kamarku dan merasa putus asa juga mencari kuncinya Nina. Padahal udah berusaha sekuat tenaga buat nemuin kunci itu. Tiba-tiba kepikiran kalau sebelum berangkat tadi Nina kan sempat masuk ke kamarku dan ngobrol sebentar sambil liat-liat boneka.

JEGLEK! Pintu terbuka. Di situlah aku melihat dua kunci tergeletak di atas kasur. What? Apakah ini mimpi? Atau mungkin halusinasiku semata? Aku mengucek mata. Ini nyata!

"Ninaaaaaaaaaaa!!!!" Aku teriak manggil Nina dan ngasih tau tentang si kunci.

Nina senengnya bukan main. Akupun begitu. Ternyata dua kali muterin jalan raya nggak sia-sia, walaupun agak nyesel juga kenapa nggak dari awal aku masuk kamar. Well, dari situ aku belajar juga "Harapan yang baru akan muncul setelah kita benar-benar kehilangan harapan" dan "Semua yang diusahakan dengan sungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang sungguh-sungguh pula."

Terima kasih kunci. Ternyata belajar itu memang bisa dimana pun, kapan pun dan sama siapa pun atau lebih tepatnya sama "apa pun". Hihi. Hari itu aku belajar banyak dari si kunci tentang arti kehilangan dan harapan.
Para boneka yang menjadi saksi bisu

4 komentar:

  1. Hihihi malahan sering banget deh mbaa, kunci selalu bikin geger seisi rumah..ya lupa naruh, pikun, atopun teledor :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya mbak, kunci emang kecil2 selalu bikin geger :D

      Hapus
  2. klo kunci gak sering ilang mbak, yang ilang malah jepit rambut :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. barang2 kecil emg sering ngumpet ya mbak. hihi

      Hapus