Salah satu nasihat dari Papa yang masih aku ingat saat aku kuliah ketika lagi ada masalah yaitu :
"Kalo lagi tertimpa musibah atau masalah, gausah terlalu sedih karena semua itu sudah diatur oleh Allah. Ada di dalam Al-Quran, surat Al-Hadiid ayat 22 dan 23."
Pas aku cek, ayat itu bunyinya begini:
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri malainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”
---
Tepat sehari sebelum memasuki 1 Ramadan 1446 H, Papa berpulang ke Rahmatullah. Untungnya aku masih sempat menemui papah di saat-saat terakhirnya sebelum jantungnya betul-betul berhenti berdetak. Ga banyak yang bisa aku tulis. Yang aku tau selama papa masih di dunia, Papa adalah orang yang sangat baik. Sering bersedekah, sering ke masjid, sering mengisi khutbah, menjadi imam baik di rumah ataupun di masjid. Papa juga memenuhi kebutuhan keluarga yang lebih dari cukup. Pasca pensiun, papa suka berkebun di belakang rumah, menjemur pakaian dan memunguti dedaunan yang jatuh di kebun belakang. Papah juga suka bercanda ala Bapak-Bapak pada umumnya.
![]() |
Papa dan Ibu saat ke Medan |
Belakangan, fisik Papa memang mulai melemah. Beberapa kali sudah ke Dokter Saraf di salah satu RS besar dan rujukan di Kudus, tapi diagnosanya agak meragukan karna aku menduga observasi terhadap Papa hanya dilakukan sekedar formalitas, katanya saraf kejepit. Akhirnya cari second opinion ke praktek dokter saraf lain dengan diagnosa gejala stroke dan parkinson. Yang ini aku percaya karna observasi lebih mendalam. Papa sempat beberapa kali terjatuh saat memanjat tangga untuk memotong ranting pohon dan menjemur pakaian (Padahal sudah seringkali diingatkan untuk tidak melakukan itu). Ingatannya juga mulai berkurang.
Saat itu, tanggal 27 Februari pagi, Papa masuk Rumah Sakit karna demam tinggi dan menggigil. Saat dilakukan CT Scan, diketahui ada penyumbatan pembuluh darah di otak Papa. Sorenya aku dan keluarga kecilku langsung berangkat ke Kudus menerjang derasnya hujan dengan mobil. Sebelum sampai Kudus, Mba Ami sempat menelponku untuk ngomong dengan papah yang saat itu masih di IGD. Papah pun meresponku sebentar. Tiba-tiba, habis isya kondisi papa melemah yang diharuskan masuk ke ICU. Papa harus ditransfusi darah sebanyak 2 kantong. Namun, ternyata keesokannya detak jantung papa juga melemah. Aku masih sempat membisikkan kalimat "La ila ha illallah" saat itu di telinga papa.
![]() |
Papah waktu di ICU |
Hari Jumat, 28 Februari 2025 pukul 11.50, papa sudah berpulang ke Rahmatullah. Pah, maafkan anakmu yang banyak salah ini ya. Semoga Papa meninggal dengan tenang, husnul khotimah dan penuh rasa kebahagiaan memiliki keluarga seperti kami. Semoga Allah melapangkan kubur papah, menerangi dan memberikan Papa teman yang baik di alam kubur. I love you so much and forever. See you in the next life Pah.
Turut berduka cita Raisa
BalasHapus