Setelah melewati drama ART, aku dan suami memutuskan untuk mendaftarkan Rafa di Daycare Depok yang udah kami seleksi dari beberapa pilihan. Akhirnya jatuhlah pilihan kami pada salah satu Daycare yang lokasinya ada di Jalan Tole Iskandar Depok. Menurut kami Daycare ini homey, caregivernya juga terlihat profesional dan tempatnya bersih serta punya jadwal teratur dan jelas.
Kami mengambil paket 10 kali pertemuan dalam setahun karna masih coba-coba dulu, takut engga cocok. Hari pertama sukses. Rafa tampaknya cocok dan mau main di daycare. Walaupun katanya sempet nangis nyariin Mamanya, tapi engga lama kok, sebentar aja terus tenang lagi.
Hari kedua, masih sama, santai, dan mau ke daycare tanpa drama. Tapi, mulai ada perubahan sifat Rafa di hari kedua setelah pulang daycare. Tiba-tiba dia jadi pendiam, pulang dari daycare mendadak demam, padahal paginya sehat-sehat aja. Udah gitu engga batuk dan pilek juga. Cuma demam.
hari pertama masih happy |
Nah pas hari ketiga mau diajak ke daycare, drama dimulai. Rafa nangis-nangis engga mau ke daycare. Aku pikir ya mungkin ini biasa dialami anak yang mengenal lingkungan baru tanpa orang tuanya. Tapi dramanya panjang banget. Dia sampai engga mau turun dari motor. Nangis sesenggukan sampai bilang:
"Maaf ya Mah, Atha maunya di rumah aja sama Mama"
Ya Allah, terenyuh hati ini. Tolong Buk Ibuk yang baca, jangan komen biar aku resign ya. Karna inti cerita ini bukan di situ. Anak yang dari awal masuk daycare happy dan ortunya merasa engga ada masalah apa-apa sama ini anak, kok tiba-tiba drama gini.
Ternyata oh ternyataa... itu terjawab seminggu kemudian.
Setelah drama hari ketiga masuk daycare, aku dan suami memutuskan bergantian aja kerja dari rumah sambil nemenin Rafa. Karna ga tega juga denger dia nangis sesenggukan setiap diajakin ke daycare.
Hari itu aku dan suami nanya "Rafa kenapa engga mau ke daycare? Kan ada Miss, ada temen-temen"
Ini adalah pertanyaan berulang-ulang yang kami lontarkan setiap harinya, tapi belum terjawab sebelumnya. Finally, hari itu terjawab!
"Temen-temennya engga baik" Jawab Rafa tegas.
Aku dan suami langsung menindaklanjuti perkataan Rafa. Dikupas tuntas, nanyain macem-macem, bahkan sampai aku konfirmasi ke Caregivernya langsung.
Menurut Kepala Caregivernya, pada saat itu ada beberapa anak yang sangat aktif bergerak dan Rafa sempat terdorong. Nah ini poinnya. Pantes aja Rafa bilang temennya mukul sampai jatuh. Entah bagaimana penanganan dari Daycare terkait hal itu, tapi nasi udah menjadi bubur. Kayaknya kejadian itu jadi trauma sendiri buat anak. Sayangnya, kejadian ini ga tertulis pada laporan harian yang setiap harinya kita terima. Jadi engga bisa langsung kami tindaklanjuti sebagai orang tua. Padahal kalau dari Daycare menginfokan kejadian ini dengan cepat, kami pasti bisa sharing dengan Rafa untuk memberikan pengertian dan sebagainya. Apalagi di Daycare itu juga tidak ada akses CCTV yang bisa diakses oleh orang tua, sehingga komunikasi antara caregiver dan orang tua menjadi sangat penting.
Akhirnya, sejak saat itu, aku dan suami engga mau lagi menyinggung kata Daycare atau pun 'Sekolah'. Karna takut menimbulkan luka lagi di hati anak kami yang disebut oleh pihak Daycare sebagai anak perasa atau sensitif. Setelah memberi masukan ke Daycare, aku memutuskan untuk langsung meninggalkan grup WA dari Daycare tersebut. Kesel sis!
Semoga Rafa bisa lupa kejadian yang kurang menyenangkan itu dan menganggap sekolah menjadi tempat yang menyenangkan.
Dari tulisan ini, tentu saja engga semua daycare memberi pengalaman traumatis kayak gini ya Buk Ibuk. Wkwkwk. Jadi yang udah mantap mau masukin anaknya ke daycare, engga usah ragu juga.
nemenin Mama kerja di kantor |
Cuma yang jadi catatan buat orang tua yang pertama kali memasukkan anaknya ke daycare adalah "komunikasi". Tanya secara detil kepada caregiver tentang apa yang terjadi sama anak. Bawelin aja tanya ini itu atau kasih info sedetil-detilnya tentang anak ke mereka. Aku juga melakukan ini sih, tapi pertanyaanku ternyata masih kurang detil. Yang paling penting ditanyakan adalah "Apakah anak bertengkar dengan temannya" karna membangun kepercayaan anak terhadap lingkungan sosial khususnya teman sebayanya itu sangat penting di usia balita. Salah-salah, anak akan mengganggap bahwa dunianya ga aman, teman sebayanya semua tidak baik. Jangan sampai ya.
Akhirnya, kami kembali lagi nyari ART. Dan alhamdulillah saat ini menemukan yang cocok dan kami dan anak kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar