Janinku Didiagnosa Hydrops Fetalis

Patah hati terbesar seorang Ibu yang pernah aku rasakan adalah ketika kehilangan seorang anak.

Selama ini, aku cuma membaca atau mendengar cerita-cerita dari reels instagram atau cerita orang lain yang tidak terlalu dekat tentang adanya kelainan pada janinnya atau kehilangan anaknya setelah dilahirkan. Ternyata itulah yang harus aku alami saat ini.

Bermula saat usia kehamilan keduaku memasuki 33 minggu. Dokter bilang bahwa ada cairan di rongga dada janinnya dan diagnosanya hydrothorax. Padahal dua minggu yang lalu saat pemeriksaan rutin dengan dokter yang sama, beliau tidak melihat adanya cairan itu. Akhirnya aku dirujuk ke dokter fetomaternal di depok, Dr. Gatot Abdulrazak namanya. Dokter Gatot ini praktek di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat, tapi juga membuka klinik sendiri di daerah Beji, Depok. Malam itu juga kami ke sana.

foto usg saat janin masih baik-baik saja


Sampai di sana, aku dan suami shock! Ternyata cairan pada janinnya bukan hanya di rongga dada, tapi ada di bawah kulit kepala, di perut dan juga di testis. Diagnosanya hydrops fetalis. Menurut dokter Gatot, janin dengan hydrops ini lebih baik diobati di luar, terlebih usia kandungan sudah 33 minggu. Beliau menyarankan untuk langsung mengurus BPJS untuk dirujuk ke RSAB Harapan Kita yang memang spesialisasi untuk penanganan kasus-kasus tidak biasa pada janin.

Oh iya, Dokter Gatot juga bilang, selama dia menangani kasus hydrops fetalis, biasanya janinnya 33% nya bisa bertahan, tapi sisanya sulit untuk bertahan. Oke, malam itu juga pas di perjalanan pulang, aku menangis sesenggukan.

klinik dokter Gatot


Besoknya, aku langsung ngurus BPJS dari faskes 1 ke faskes 2 (RSU HGA Depok) menuju faskes 3 yaitu RSAB Harapan Kita. Minggu depannya, kami mendaftar ke Harapan Kita dan dokter menyarankan untuk langsung dilakukan tindakan keesokan harinya karna hydrops fetalis ini, cairannya bertambah semakin banyak. Untung kami udah nyiapin hospital bag di dalam mobil. Jadi siang itu juga aku langsung masuk kamar rawat inap. Keesokannya yaitu hari Kamis tanggal 29 Desember 2022, dilakukan tindakan torakosintesis (mengeluarkan cairan pada rongga dada janin) dan dilanjutkan sectio caesaria (SC). Bayinya lalu masuk NICU dan selama di RS aku menangis setiap hari sambil pumping ASI untuk dikirimkan ke NICU.

memerah ASI saat masih di RS

mata bengkak karna menangis setiap hari


Singkat cerita, bayiku dirawat sekitar 23 hari, semua usaha terbaik sudah kami lakukan selama adek bayi dirawat di NICU. Mulai dari pengiriman ASIP ke ruang NICU (setiap pumping pasti nangis), penyedotan cairan di paru-parunya, rekam gelombang otak untuk mengetahui aktivitas otaknya yang ternyata hasilnya tidak baik alias tidak terdeteksi adanya aktivitas di otaknya (alat EEG menunjukkan angka di bawah 5, seharusnya pada otak normal jarum menunjukkan di angka 5-10), pemasangan alat untuk cuci darah (bayi tidak bisa mengeluarkan urin padahal sudah dipasang kateter), transfusi darah (karna HB sangat rendah. Fyi, golongan darah bayi O seperti Papanya, sementara golongan darahku B), cek analisa kromoson yang hasilnya tidak ditemukan kelainan kromosom pada bayi dan banyak usaha lainnya. Sampai saat ini, belum diketahui apa penyebab hydrops fetalis atau adanya cairan di tubuh bayiku.


menjenguk bayi di Ruang NICU untuk pertama kalinya


Dengan semua usaha yang sudah kami dan petugas medis lakukan, Qodarullah adek bayi meninggal Hari Jumat, 20 Januari 2023 jam 10.05 pagi. Saat itu, kami memang sudah berada di RS sejak jam 9.30 pagi karna kondisi bayi sudah melemah.

menggendong adek untuk pertama kalinya saat sudah dipanggil Allah



Selamat Jalan Adek Radhi Dirandra, sang pemberani yang diridhoi. InsyaAllah surga tempatmu Nak. Kehidupan dunia mungkin bukan yang terbaik untuk mu. Terima kasih sudah memberikan kebahagiaan sejak berada di dalam kandungan. I'll always be your mom forever. See you in another lifetime. I love you.






2 komentar:

  1. Anak dan mama hebat !!! Radhi sudah nda sakit lagi ya nak.. terimakasih telah berjuang sangat kuat ..
    Smg mbak dila dan keluarga diberi kesehatan umur panjang berkah barokah ..
    Peluk jauh dulu dari Jogja yaaaaaaaaaaaaa
    We love you raisa 🫶🏻🫶🏻

    BalasHapus
  2. Membaca ceritanya seperti berada di dunia sinetron yang tak terpikirkan ada di dunia nyata. Menjadi ibu ternyata tidak mudah. Semoga mbak Raisa dan keluarga selalu dalam ridha Allah SWT.

    BalasHapus